Kamis, 27 Maret 2014

Perkembangan Fotografi di Indonesia



Perkembangan Fotografi di Indonesia

Fotografi secara umum baru dikenal sekitar 150 tahun lalu. Ini jika kita membicarakan fotografi yang menyangkut teknologi. Namun, jika kita bicarakan masalah gambar dua dimensi yang dihasilkan dari peran cahaya, sejarah fotografi sangatlah panjang. Dari yang bisa dicatat saja, setidaknya “fotografi” sudah tercatat sebelum Masehi. Fotografi merupakan ilmu yang bertujuan untuk mendalami atau mempelajari tentang foto dan bagaimana menghasilkan foto yang baik dan dapat dinikmati oleh para penikmat foto. Foto identik dengan aktifitas atau kegiatan yang berkaitan dengan momen-momen yang bisa menjadikan sebuah foto itu lebih berarti. Dengan foto, suatu kegiatan atau aktifitas yang dianggap khusus akan lebih berarti jika terdapat sisa-sisa kenangan atau sedikit memori yang dapat mengingatkan kita akan pada suatu kejadian atau hal menarik yang pernah kita alami sebelumnya.
Siapa sih Fotografer pertama Indonesia?
Kassian Cephas (15 Februari 1844 – 1912) dapat dianggap sebagai pelopor fotografi Indonesia. Ia adalah seorang pribumi yang kemudian diangkat anak oleh pasangan Adrianus Schalk dan Eta Philipina Kreeft. Nama Kassian Cephas mulai terlacak dengan karya fotografi tertuanya buatan tahun 1875.
Description: cephas
Description: COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Fotograaf_Kassian_Céphas_bij_de_stupas_op_de_Borobudur_TMnr_60005095
Cephas mulai bekerja sebagai fotografer kraton pada masa kekuasaan Sultan Hamengkubuwono VII. Karena kedekatannya dengan pihak kraton maka ia bisa memotret momen-momen khusus yang hanya diadakan di kraton semisal tari-tarian untuk kepentingan buku karya Groneman.
Description: COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Danseressen_aan_het_hof_van_de_Sultan_van_Jogjakarta_TMnr_600468181
Description: sultan
Sultan Hamengku Buwono VII karya Kassian Cephas
Cephas juga membantu pemotretan untuk penelitian monumen kuno peninggalan zaman Hindu-Jawa yaitu kompleks Candi Loro Jonggrang di Prambanan yang dilakukan oleh Archaeologische Vereeniging di Yogyakarta. Proyek ini berlangsung tahun 1889-1890. Dalam bekerja, Kassian Cephas banyak dibantu Sem, anak laki-lakinya yang paling tertarik pada dunia fotografi seperti ayahnya. Kassian Cephas memotret sementara Sem menggambar profil bangunannya.
Description: candi
Ia juga membantu memotret untuk lembaga yang sama ketika dasar tersembunyi Candi Borobudur mulai ditemukan. Ada sekitar 300 foto yang dibuat Cephas untuk penggalian ini. Pemerintah Belanda mengalokasikan dana 9000 gulden untuk penelitian ini. Cephas dibayar 10 gulden per lembar fotonya. Cephas mengantongi 3000 gulden (sepertiga dari seluruh uang penelitian). Jumlah yang sangat besar untuk ukuran waktu itu. Cephas sendiri sudah sejak tahun 1888 memulai prosedur untuk mendapatkan status “gelijkgesteld met Europeanen” atau “disetarakan dengan kaum Eropa” untuk dirinya sendiri dan anak-anak laki-lakinya: Sem dan Fares; suatu prosedur yang dimungkinkan oleh UU Kewarganegaraan Hindia Belanda pada masa itu.
Tahukah kalian sejarah perkembangan fotografi di Indonesia sekarang ini ?
Berawal dari kedatangan seorang pegawai kesehatan Belanda pada tahun 1841 , atas perintah Kementerian Kolonial, mendarat di Batavia dengan membawa dauguerreotype. Juriaan Munich, nama ambtenaar itu, diberi tugas “to collect photographic representations of principal views and also of plants and other natural objects” (Groeneveld: 1989). Tugas ini berakhir dengan kegagalan teknis. Di Holand Tropika, untuk menyebut wilayah mereka di daerah tropis, Munich kelabakan mengendalikan sensitivitas cahaya plat yang dibawanya, dihajar oleh kelembapan udara yang mencapai 90 persen dan terik matahari yang tegak lurus dengan bumi. Foto terbaik yang dihasilkannya membutuhkan waktu exposure 26 menit.
Terlepas dari kegagalan percobaan pertama di atas, bersama mobil dan jalanan beraspal, kereta api dan radio, kamera menjadi bagian dari teknologi modern yang dipakai Pemerintah Belanda menjalankan kebijakan barunya. Penguasaan dan kontrol terhadap tanah jajahan tidak lagi dilakukan dengan membangun benteng pertahanan, penempatan pasukan dan meriam, tetapi dengan membangun dan menguasai teknologi transportasi dan komunikasi modern. Dalam kerangka ini, fotografi menjalankan fungsinya lewat pekerja administrative colonial, pegawai pengadilan, opsir militer dan misionaris.
Latar inilah yang menjelaskan, mengapa selama 100 tahun keberadaan fotografi di Indonesia (1841-1941) penguasaan alat ini secara eksklusif berada di tangan orang Eropa, sedikit orang China dan Jepang. Survei fotografer dan studio foto komersial di Hindia Belanda 1850-1940 menunjukkan dari 540 studio foto di 75 kota besar dan kecil, terdapat 315 nama Eropa, 186 China, 45 Jepang dan hanya 4 nama “lokal”: Cephas di Yogyakarta, A Mohamad di Batavia, Sarto di Semarang, dan Najoan di Ambon.
Sedangkan bagi penduduk lokal, keterlibatan mereka dengan teknologi ini adalah sebagai obyek terpotret, sebagai bagian dari properti kolonial. Mereka berdiri di kejauhan, disertai ketakjuban juga ketakutan, melihat tanah mereka ditransfer dalam bidang dua dimensi yang mudah dibawa dan dijajakan. Kontak langsung mereka dengan produksi fotografi adalah sebagai tukang angkut peti peralatan fotografi. Pemisahan ini berdampak panjang pada wacana fotografi di Indonesia di kemudian hari, di mana kamera dilihat sebagai perekam pasif, sebagai teknologi yang melayani kebutuhan praktis.
Dibutuhkan hampir seratus tahun bagi kamera untuk benar-benar sampai ke tangan orang Indonesia. Masuknya Jepang tahun 1942 menciptakan kesempatan transfer teknologi ini. Masuknya Jepang pada 1942 menciptakan kesempatan transfer teknologi ini. Karena kebutuhan propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk bekerja di kantor berita mereka, Domei. Mereka inilah, Mendur dan Umbas bersaudara, yang membentuk imaji baru Indonesia, mengubah pose simpuh di kaki kulit putih, menjadi manusia merdeka yang sederajat. Foto-foto mereka adalah visual-visual khas revolusi, penuh dengan kemeriahan dan optimisme, beserta keserataan antara pemimpin dan rakyat biasa. Inilah momentum ketika fotografi benar-benar “sampai” ke Indonesia, ketika kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai merepresentasikan dirinya sendiri.
Kemajuan teknologi memang memacu fotografi dengan sangat cepat. Jika dulu kamera berukuran sebesar mesin jahit hanya bisa menghasilkan gambar yang tak terlalu tajam, kini kamera digital yang hanya berukuran sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam seukuran koran. Pada tahun 1880, ditemukan proses cetak half tone, yang memungkinkan foto dibawa ke dalam surat kabar. Foto pertama yang ditayangkan adalah foto tambang pengeboran minyak Shantytown karya Henry J Newton, dan dimuat surat kabar New York Daily Graphic Amerika Serikat, pada 4 Maret 1880.
Description: View_from_the_Window_at_Le_Gras,_Joseph_Nicéphore_Niépce
Foto Heliografi dengan subyek pemandangan yang pertama dibuat oleh Joseph Nicéphore Niépce pada tahun 1826.
Description: Boulevard_du_Temple_by_Daguerre
Boulevard du Temple, foto Daguerreotype pertama yang dibuat oleh Daguerre pada sekitar tahun 1838-1839
Description: 800px-Duhauron1877
Foto berwarna yang pertama dibuat oleh Louis Ducos du Hauron pada tahun 1877.
Description: 733px-Tartan_Ribbon
Citra berwarna yang pertama, Maxwell, 1861
Description: 170px-NBSFirstScanImage
Citra hasil pemindaian komputer digital, 1957
Description: 220px-Muybridge_horse_gallop_animated_2
High speed photography, Muybridge, 1878
Banyak cabang kemajuan fotografi yang terjadi, tetapi banyak yang mati di tengah jalan. Foto Polaroid yang ditemukan Edwin Land, umpamanya, pasti sudah tak dilirik orang lagi karena kini foto digital juga sudah nyaris dapat langsung jadi. Juga, temuan seperti format film APSS (tahun 1996) yang langsung mati suri, karena teknologi digital langsung masuk menggeser semuanya.
Apa sih bedanya Kamrea Digital dengan Kamera analog?
Hingga kini, perkembangan fotografi terus mengalami peningkatan dan mengalami revolusi menjadi film-film digital yang yang mutkhir tanpa menggunakan roll film. hingga masuk dalam tahap era era digital yang dibarengi dengan kemajuan teknologi. Mungkin kita telah mengenal apa itu kamera digital yang dapat menghasilkan foto dalam kurun waktu yang singkat.
KAMERA DIGITAL
Kamera digital belum mampu menangkap semua warna yang dipantulkan oleh matahari namun warna yang dihasilkan lebih kontras. Kelemahannya kamrea digital kurang sensitive.
Description: l
KAMERA ANALOG
Kamera analog sudah hampir mampu menangkap seluruh warna yang diantulkan oleh matahari dan kamera analog juga cukup sensitive. Dan merekam dengan film negative berwarna , slide flim positif dan hitam putih.
Description: e
Siapa aja yah fotograper Indonesia yang sudah terkenal?
Fotografi di Indonesia berkembang pesat dan sangat menghasilkan fotografer- fotografer handal sebagai contoh
Description: show_resize_image.php
Davy Linggar
Description: 43
Anton Ismael
Description: wqrwqr
Semakin berkembangnya era komputerisasi maupun seni fotografi saya harapkan akan banyak lahir bibit bibit baru yang tidak kalah kerennya dengan fotogrfi. Namun bagaimanapun juga, fotografi adalah bagian penting dari kebudayaan manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar